TEKUN ITU KEBIASAAN

Baca: MATIUS 25:14-30


Bacaan tahunan: 2 Tawarikh 1-3

Bambu China selama empat tahun pertama ditanam dan dipupuk, nyaris terlihat seperti tidak bertumbuh. Setelah tahun kelima, pohon bambu itu dalam waktu lima minggu bisa bertumbuh setinggi 25 meter lebih. Seperti itulah ketekunan. Setiap hari harus dirawat meski kasat mata tidak tampak bertumbuh.

Kisah hamba yang menerima satu talenta, yang diceritakan oleh Tuhan Yesus, adalah antonim dari ketekunan. Hamba yang menerima satu talenta itu pergi menggali lubang untuk menyembunyikan uang tuannya. Lalu mengembalikan uang itu ketika tuannya pulang. Ia malas dan tidak menghasilkan apa pun. Satu talenta seperti tidak berarti apa-apa. Satu talenta tidak menimbulkan gairah, lebih menyebabkan pasrah dan putus asa. Satu adalah angka minimal. Meski bukan nol, satu tidaklah banyak, bukan modal yang besar. Satu talenta itu seperti pohon bambu yang terkesan sulit (takkan) bertumbuh.

Namun satu talenta seharusnya membuat orang lebih tekun, tak mudah menyerah. Sebab, satu peluang akan hilang jika tidak dimanfaatkan. Satu impian akan mati jika tidak diperjuangkan. Satu potensi takkan tumbuh jika tidak diberdayakan. Satu talenta membutuhkan ketekunan, suatu kebiasaan untuk tetap berusaha, terus aktif meski keadaan sulit tanpa kepastian. Tekun itu membiasakan diri untuk tidak menyerah. Tekun itu seperti pohon bambu yang bertumbuh dalam hitungan tahun. Ketekunan membutuhkan waktu, dan tentu saja kesabaran kita. --ASA/www.renunganharian.net


TEKUN ITU KEBIASAAN, DAN SEPERTI LAZIMNYA KEBIASAAN, KETEKUNAN BISA DILATIH MENJADI SEMAKIN BAIK.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media