Alkitab, Renungan Harian, Ayat Emas, Pujian...
Baca: MATIUS 8:1-4
Bacaan tahunan: Pengkhotbah 1-4
Kisah penyembuhan orang kusta dalam nas hari ini bisa berlangsung lebih singkat, menjadi "Yesus berkata .…" Benar. Cukup dengan perkataan-Nya yang penuh kuasa, Yesus sanggup menyembuhkan orang sakit kulit tersebut. Namun, mengapa Yesus memilih untuk mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh orang itu terlebih dahulu?
Pada masa itu kusta adalah penyakit paling ditakuti. Orang yang dijangkiti gejala kusta harus mendatangi imam (Im. 13-14). Setelah memastikan penyakitnya, imam akan menyatakannya sebagai orang najis. Ia tidak boleh tinggal lagi bersama keluarganya, tetapi harus bergabung di perkampungan orang kusta, di luar kota. Jika bertemu dengan orang normal, ia harus memberi peringatan dengan berteriak, "Najis! Najis!" Ia juga tidak diperkenankan mengikuti ibadah. Ia menjadi orang buangan. Sampah masyarakat. Tersisih secara sosial dan secara ritual.
Yesus memahami kondisi tersebut, tetapi Dia tidak ikut menjatuhkan penghakiman. Sebaliknya, Dia berempati dan berbelas kasihan pada orang kusta itu. Dia pun menyentuhnya: mengagetkan orang banyak karena melanggar norma dan tradisi, tetapi pasti menghangatkan hati orang kusta itu. Sentuhan penerimaaan itu tentulah sangat bermakna bagi si kusta, menyingkirkan rasa ketersisihan yang ditanggungnya selama ini. Ia kembali diperlakukan sebagai sesama manusia dan dipulihkan martabatnya-bahkan sebelum ia sembuh.
Yesus memperlihatkan pola untuk memperlakukan orang-orang yang tersisih dalam masyarakat. Yang pertama dan terutama, kita perlu menerimanya sebagai sesama manusia. Dalam kasus si kusta, ia sembuh seketika. Namun, ada pula penyakit atau pergumulan hidup yang memerlukan proses panjang untuk mengatasinya. Penerimaan, bukan penghakiman, akan menjadi dasar untuk mendampingi orang tersebut secara efektif.
-ARS/www.renunganharian.net
TANPA PENERIMAAN, PEMULIHAN AKAN BERLANGSUNG SECARA RAPUH. DENGAN PENERIMAAN, PEMULIHAN MEMILIKI PIJAKAN YANG TEGUH.
Please sign-in/login using: