MENDIDIK TANPA AMARAH

Read: EFESUS 6:1-9


Bible in a year: Pengkhotbah 5-8

Erno pernah mengalami kemarahan luar biasa, ayahnya membakar buku-buku bacaan favoritnya, yang dibelinya dari hasil menyisihkan uang saku selama berbulan-bulan. "Mengapa ayah menuding buku-buku bacaan itu sebagai penyebab menurunnya nilai sekolah, padahal bukan itu penyebabnya?" protes Erno dalam hati tanpa bisa melawan karena ayahnya dikenal keras dan pemarah. Amarah itu pun sempat menetap cukup lama dalam dirinya, sebelum ia memutuskan untuk mengampuni ayahnya.

Tanpa sadar, terkadang seorang bapak dapat dikuasai amarah dalam upaya mendidik anak, sehingga membangkitkan kemarahan anaknya. Kemarahan juga bisa muncul ketika hukuman terlalu keras, terutama jika kekerasan fisik terjadi, yang dapat memunculkan sakit hati, kepahitan, bahkan dendam dan kebencian dalam diri anak. Firman Tuhan hari ini menasihatkan agar para bapak jangan sampai membangkitkan kemarahan dalam diri anak. Namun, anak perlu dididik dalam ajaran dan nasihat Tuhan-termasuk hal yang berkaitan dengan hidup dalam kasih, menguasai diri, dan mengendalikan amarah.

Tampaknya dua perkara ini saling melengkapi, karena baik bapak maupun anak perlu membangun suatu harmonisasi, supaya jangan sampai ada kemarahan yang menetap dalam kehidupan berkeluarga. Ketika seorang bapak diharapkan dapat mendidik anak dengan cara yang tepat, maka seorang anak juga perlu bekerja bertumbuh dalam ajaran firman Tuhan, sehingga buahnya dapat terlihat lewat perilaku yang baik. Sudahkah kita mengupayakan ini dalam keluarga yang kita kasihi?
-GHJ/www.renunganharian.net


DIDIKAN YANG TEPAT, TANPA MEMBANGKITKAN AMARAH, AKAN MENGHASILKAN BUAH YANG MENDATANGKAN RASA SYUKUR


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media