MENEMUKAN MAKNA

Baca: 1 KORINTUS 13


Bacaan tahunan: Maleakhi

Banyak kali harga tindakan mulia adalah derita. Meski begitu, banyak orang tak ragu bertindak mulia: orang tua rela menderita demi anak-anak, para petugas medis mewakafkan hidup demi para penderita Covid-19, seorang guru perempuan di NTT rela berjalan kaki tiap hari melintasi hutan dan sungai demi para muridnya. Mereka rela menderita demi hal mulia yang mereka perjuangkan.

Apa yang membuat mereka rela menanggung derita begitu rupa? "Kiat untuk tahan menderita adalah menemukan makna pada penderitaan itu," kata Friedrich Nietzsche. Anda setuju?

Memang, menemukan dan meyakini makna derita yang dialami adalah pijakan kokoh untuk menanggung derita. Namun, ada catatan penting: Tak semua tindakan benar dan baik. Makna yang melandasinya bisa salah dan jahat. Artinya, tak semua makna memadai untuk diyakini. Bukankah makna-pijakan kokoh untuk diyakini itu-haruslah sesuatu yang benar, yang baik, yang bermoral?

Alkitab berkata, kasih itu "sabar menanggung segala sesuatu" (ay. 7c). Cinta memampukan orang melakukan hal-hal mulia dan memikul konsekuensinya: David Livingstone rela menempuh semua kesulitan demi mewartakan Kristus di pedalaman Afrika abad XIX, dokter Sitanala rela menanggung risiko terinfeksi kusta demi para penderita kusta di Indonesia, Chanee Kalaweit, orang Prancis, rela tinggal di hutan Kalimantan demi pelestarian satwa liar. Dan banyak lagi.

Anda lihat? Makna yang benar, yang memampukan orang menanggung derita, adalah cinta: cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada sesama ciptaan.
-EE/www.renunganharian.net


MAKNA-YAKNI PIJAKAN KOKOH UNTUK DIYAKINI ITU- HARUSLAH SESUATU YANG BENAR, YANG BAIK, YANG BERMORAL


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media