BERSYUKUR DI PERSIMPANGAN

Baca: 1 SAMUEL 7:2-17


Bacaan tahunan: Hosea 8-14

Hidup manusia ibaratnya sebuah perjalanan. Dalam perjalanan hidup tersebut, kita dapat mengalami keberhasilan, tetapi juga kegagalan; ada kalanya kita merasa senang, tetapi juga ada waktunya kita kecewa dan bersedih. Pertanyaannya, seberapa sering kita mencoba berhenti sejenak dan bersyukur? Ataukah kita hanya berjalan sambil melihat ke belakang dan menyesalinya?

Setelah memenangkan peperangan melawan orang Filistin di Mizpa, Samuel mendirikan sebuah batu di persimpangan antara Mizpa dan Yesana. Ia menamai batu itu Eben- Haezer, ungkapan pengakuan bahwa, "Sampai di sini Tuhan telah menolong kita." Mengapa di persimpangan? Persimpangan menunjukkan sebuah titik batas tempat orang berhenti untuk melihat arah jalan-jalan yang akan dilalui selanjutnya. Artinya, Samuel menjadikan persimpangan itu sebagai sebuah simbol dari perjalanan hidup. Samuel berharap bangsa Israel akan terus mengingat dan melihat bahwa Tuhan selalu menuntun perjalanan hidup mereka selama ini, mengingat dan melihat semua berkat yang telah Tuhan berikan, dan bersyukur kepada-Nya, serta melanjutkan perjalanan hidup mereka sesuai dengan arah tuntunan Tuhan.

Perjalanan hidup kita tentu akan menjumpai titik-titik persimpangan tertentu. Ada kehilangan dan pencapaian, ada keberhasilan dan kegagalan, dsb. Dalam setiap titik persimpangan tersebut, Tuhan selalu menolong kita. Maka, marilah kita luangkan waktu untuk berhenti sejenak dan bersyukur kepada-Nya dengan mengingat dan menghayati bahwa hidup kita selalu berada dalam tuntunan tangan Tuhan.
-ZDP/www.renunganharian.net


DALAM PERJALANAN HIDUP, LUANGKANLAH WAKTU UNTUK BERHENTI SEJENAK DAN BERSYUKUR KEPADA TUHAN


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media