SUPAYA ADA HIDUP

Baca: YOHANES 12:23–28


Bacaan tahunan: 1 Samuel 12–14:23

"Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (ay. 24). Tuhan berbicara tentang misi-Nya: Ia harus berkorban sampai mati agar manusia beroleh hidup. Sebetulnya, jika Dia mau, Dia bisa menghindari itu. Namun, Dia berkata, "Tidak, sebab untuk itulah Aku datang …" (ay. 27). Tuhan memang datang untuk mati, agar manusia selamat dan hidup karenanya. Dan, Dia sungguh melakukan itu.

Harus ada yang mati, supaya ada yang hidup. Dalam arti seperti di atas, hanya Kristuslah yang bisa melakukan itu. Tetapi, hidup di dalam Tuhan adalah soal merespons karya Tuhan lewat keputusan dan tindakan dalam hidup. Artinya, semua pengikut Kristus diundang untuk merespons pengorbanan Tuhan dengan mematikan hal tertentu dalam diri mereka agar terjadi hal yang baik pada sesama oleh karenanya. Seperti apa misalnya?

Ketika badai Covid-19 melanda, para pelayan publik dan pemuka agama (aparat pemerintah, pastor, pendeta, dll.) harus mematikan rasa lelah, kekhawatiran, kepentingan diri, demi menolong mereka yang memerlukan. Para orang tua harus mematikan banyak kepentingan mereka agar bisa mendampingi anak mereka-terutama yang masih kecil-mengikuti pembelajaran online. Para petugas kesehatan bahkan merelakan hidup-mati mereka demi keselamatan pasien mereka.

Harus ada yang kita matikan dalam diri kita agar terjadi hal-hal baik pada orang lain karenanya. Kita tak ingin mengecualikan diri dari panggilan itu, ‘kan?
-EE/www.renunganharian.net


HARUS ADA YANG KITA MATIKAN DALAM DIRI KITA AGAR TERJADI HAL-HAL BAIK PADA ORANG LAIN KARENANYA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media