KESUKARAN: KEBANGGAAN!

Baca: Mazmur 90

Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan. (Mazmur 90:10)


Bacaan tahunan: : Lukas 19-20

Ada yang berkata kehidupan ini berupa untaian penderitaan. Masalah demi masalah datang silih berganti. Yang satu belum selesai, yang lain sudah datang. Bahkan tak jarang lebih dari satu, berurutan, atau serentak. Kehidupan terasa lebih banyak berisi dukacita daripada sukacita. Kegembiraan yang terjadi pun sering semu belaka, dibuat-buat, sehingga terkesan mengejek dan menyebalkan. Wah, begitu pesimistis ya?

Akan tetapi, nada muram seperti ini ternyata muncul juga dalam doa Musa. Setelah mengakui perlindungan Allah, kekekalan-Nya, dan kedaulatan-Nya atas waktu (ay. 1-2, 4), ia mengakui pula kefanaan dan kerentanan hidup manusia (ay. 3, 5-10). Bahkan, Musa menyimpulkan bahwa kehidupan ini sebagian besar berupa “kesukaran dan penderitaan” (ay. 10). Uniknya, ia justru menyebutnya sebagai “kebanggaan”. Bagaimana bisa? Ya, karena pengalaman hidup seperti itu dapat menjadikan manusia kuat (“kebanggaan” di sini terjemahan dari kata rohib, yang juga berarti “kekuatan”). Jadi, menurut Musa, kita bisa bangga karena kita kuat menahan kesukaran dan penderitaan. Bukankah ia sendiri membuktikannya dalam 40 tahun kepemimpinannya atas umat Israel yang keras kepala itu?

Jadi, kesukaran dan penderitaan ternyata bisa menjadi kebanggaan dan kekuatan kita, ya? Tentu saja, hal itu mestinya terjadi karena kita memilih mengikuti jalan Tuhan, bukan menyimpang dan mengikuti jalan dosa (ay. 7-9, 11, dan 15). Kesukaran dan penderitaan karena hidup dalam kebenaran, itulah yang menguatkan kita.—HIS


KESUKARAN DAN PENDERITAAN ADALAH SARANA PELATIHANUNTUK MEMPERKUAT KEHIDUPAN ORANG-ORANG BENAR


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media