TERANIAYA BERSAMA KITA

Baca: Kisah Para Rasul 9:1-18


Bacaan tahunan: Ulangan 14-16

"Mengapa Tuhan tidak turun tangan ketika saya dirampok, dikeroyok, difitnah, dilecehkan? Bukankah Dia Mahakuasa dan Mahatahu? Sangat tidak adil! Di mana Tuhan ketika saya dianiaya begitu keji? Apakah Dia hanya menonton?". Jeritan hati semacam ini merupakan reaksi normal dari rasa sakit yang ada kalanya tak tertahankan.

Mari kita renungkan dialog antara Saulus dengan Tuhan. Saat itu, Saulus terjatuh oleh pancaran cahaya dari langit di tengah perjalanannya ke Damsyik dalam upayanya menangkap dan menganiaya lebih banyak lagi murid-murid Tuhan. Ketika Saulus bertanya tentang identitas Tuhan, Tuhan pun memperkenalkan diri-Nya sebagai Yesus yang Saulus aniaya.

Ajaib. Tuhan bukan sekadar berdiri di sana menonton kita dianiaya. Yesus pun teraniaya dan turut menderita bersama kita. Tuhan mengetahui betapa pedihnya hati dan nyerinya tubuh kita karena Dia telah menjalani semua penderitaan yang kita alami. Mengetahui bahwa Tuhan turut menderita benar-benar merupakan penghiburan dan kekuatan buat kita. Tuhan ingin kita bertumbuh dan bukannya terpuruk. Kemuliaan tersedia bagi kita yang meneladani Kristus ketika menghadapi penderitaan (2 Kor. 4:17).

Saulus yang kemudian dikenal sebagai Paulus pun sangat memahami makna penderitaan. Sebab dia sendiri banyak sekali menderita (2 Kor. 11:23-28).Namun justru oleh penderitaannya, Paulus dibentuk menjadi pribadi yang rendah hati (2 Kor. 11:30), mampu merasakan penderitaan orang lain dan menghibur mereka (2 Kor. 11:29), serta memuliakan Kristus (Fil. 1:20). --HEM/Renungan Harian


KRISTUS BERSAMA KITA DALAM PENDERITAAN KITA. TUHAN MENGUATKAN DAN MENDEWASAKAN KITA MELALUI PENDERITAAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media