MEMATAHKAN STIGMA

Baca: LUKAS 15:1-3, 11-32


Bacaan tahunan: Pengkhotbah 5-8

Sejak kanak-kanak sampai SMP, Dodi bersekolah dan bermain bersama teman-teman sebaya. Dia dikenal sebagai pribadi yang baik. Setelah lulus SMP, Dodi putus sekolah dan harus bekerja di toko setiap hari. Walau tak sempat bermain, teman-teman sebaya dan juga para tetangga tetap menilainya baik. Namun, penilaian ini mendadak berubah ketika Dodi terbukti mencuri barang di rumah tetangga dan harus masuk penjara. Sejak saat itu, stigma "pencuri" terus dikenakan terhadap dirinya hingga kesempatan untuk bertobat seakan tiada lagi.

Pada waktu Tuhan Yesus melayani di tengah dunia, kecenderungan memberi stigma sesama juga sudah ada. Dalam bacaan saat ini, kita bisa melihat bagaimana orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengenakan stigma "pendosa" terhadap orang-orang yang perilakunya tidak sesuai dengan standar moral mereka. Itulah sebabnya mereka bersungut-sungut ketika melihat Yesus menerima, bahkan makan bersama para pemungut cukai dan "orang-orang berdosa". Rupanya, di mata orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, para pemungut cukai dan "orang-orang berdosa" itu sudah tidak mungkin lagi bertobat. Akan tetapi, melalui perumpamaan tentang anak yang hilang, Tuhan Yesus mengajarkan cara pandang baru bahwa kesempatan untuk bertobat masih terbuka lebar bagi mereka.

Oleh karena itu, mari, sesuai dengan identitas kita sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, kita terus berjuang untuk mematahkan stigma yang selama ini kita kenakan terhadap sesama, termasuk mereka yang pernah sedemikian bersalah di mata kita. Dengan demikian, kita akan membantu para "pendosa" untuk bertobat dan mengalami pengampunan dosa. --YAP/www.renunganharian.net


MARI MEMATAHKAN STIGMA TERHADAP SESAMA DAN "MEMBUKAKAN PINTU PERTOBATAN" BAGI PARA "PENDOSA".


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media