SINDROM ORANG KAYA

Baca: LUKAS 16:19-31


Bacaan tahunan: Yohanes 19-21

Seorang kawan berseloroh, katanya, "Seseorang baru boleh dibilang kaya jikalau kegemarannya ialah menyuruh atau memerintah orang lain." Seloroh sinis, namun mengandung kebenaran yang layak disimak. Bukankah kekayaan memang memberi seseorang akses yang leluasa kepada jalur perintah sini dan sana?

Membaca perumpamaan Tuhan Yesus ini mengusung ingatan saya kepada seloroh kawan saya tadi. Orang kaya dalam perumpamaan ini mewakili siapa saja dengan sikap serupa dalam kehidupannya di dunia. Sikap apakah gerangan? Ucapannya kepada Abraham di alam maut menyingkapkan jawabannya. Yaitu keranjingan menyuruh! Sudah kesakitan dan memelas pun masih tega menyuruh! Sasarannya Lazarus, si miskin yang di matanya bukan siapa-siapa (ay. 24, 27). Sungguh keterlaluan, di neraka pun masih berlagak main perintah. Rupanya memang itulah kesalahan terbesarnya selama hidup: hanya menyuruh orang lain, sehingga lupa menyuruh diri sendiri untuk mencari Allah dan memperhatikan orang lemah.

Siapa tak ingin menjadi kaya? Menjadi kaya bukanlah suatu dosa. Namun demikian menjadi kaya itu perlu berhati-hati. Tuhan Yesus mengingatkan akan bahayanya "sindrom orang kaya": "hobi" menyuruh orang lain. Main suruh dan perintah. Main tekan dan memaksakan kehendak. Minta menang, suka memperalat sesama, dan seterusnya. Apabila berkelanjutan, sesuatu pasti terlupakan-yaitu hati yang terbuka bagi perintah Tuhan untuk memperhatikan sesama yang sedang menderita. --PAD/www.renunganharian.net


JIKA TUHAN MENITIPKAN KEKAYAAN, JANGANLAH KITA LUPA PADA SANG PEMBERI BERKAT DAN JANGAN LUPA JUGA UNTUK BERBAGI BERKAT.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media