MENGENDALIKAN SELERA

Baca: IBRANI 4:12–13


Bacaan tahunan: Keluaran 5–7

Tiap orang punya selera, yakni kesukaan atau kegemaran pada sesuatu. Dalam hal musik, misalnya, ada yang menyukai jaz, ada yang menyukai klasik, ada yang menyukai campursari. Ada yang menyukai lagu "Route 66" (Nat King Cole), ada yang menyukai "Dare to Live" (Andrea Bocelli & Laura Pausini), ada yang memilih "Tatu" (Didi Kempot). Gejala serupa itu terjadi dalam semua hal: kuliner, busana, film, rekreasi, dll.

Memang, seleraku dan seleramu tidaklah sama. Perbedaan yang ada harus kita sadari, terutama perbedaan nilainya. Sepanjang menyangkut hal-hal bukan moral (tidak berkaitan dengan baik atau buruk secara moral)-misalnya menyukai pecel, mi goreng-selera tak menjadi masalah. Tetapi ketika terkait hal-hal moral (berkaitan dengan baik atau buruk secara moral)-misalnya menyukai kelakar porno-selera menjadi persoalan serius. Mengapa?

Alkitab mengatakan, tak ada yang tersembunyi bagi Tuhan (ay. 13ab, BIS). Dia melihat, mengetahui, dan menilai segalanya, termasuk selera kita. Dan tentang semua itu, "Kita harus memberi pertanggungjawaban kepada-Nya" (ay. 13c, BIS). Ternyata, selera kita sama sekali bukan sesuatu yang bisa kita hidupi sesuka hati. Selera kita pun harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, kita harus menunjukkan bahwa selera kita sesuai dengan kehendak Tuhan.

Karena itu, kita harus selalu mengendalikan selera kita, menjauhkan selera kita dari apa pun yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan mengarahkannya pada hal-hal baik, yang berkenan di hati Tuhan.
-EE/www.renunganharian.net


SELERA KITA PUN HARUS KITA PERTANGGUNGJAWABKAN DI HADAPAN TUHAN. MENGENDALIKANNYA ADALAH KEHARUSAN.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media