HIKMAT DI JALANAN

Baca: AMSAL 1:20-33


Bacaan tahunan: Zakharia 1-7

Banyaknya gelar akademis tidak otomatis membuat seseorang menjadi berhikmat alias bijaksana. Seseorang yang bahkan tak pernah mengenyam bangku sekolah pun bisa menjadi seorang yang sangat bijak. Mengapa demikian?

Sesungguhnya Allah telah menaruh hikmat-Nya dengan limpahnya di dalam seluruh ciptaan-Nya. Hikmat itu berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan, di atas tembok, dan di pintu gerbang (ay. 20-21). Artinya, hikmat itu tersedia di mana saja. Kita hanya perlu membuka mata dan telinga. Rela menjadi seorang pembelajar. Terus melatih diri memahami berbagai perkara. Mengamati sesuatu, menelaahnya, lalu menarik pelajaran darinya. Mulai dari berbagai peristiwa di alam semesta, juga dari pengalaman sendiri serta orang lain.

Mengamati kehidupan semut bisa membuat seorang pemalas menjadi rajin. Menyaksikan tetes air yang melubangi batu karang dapat membuat seseorang belajar tentang ketekunan. Mengamati alur air mengajarkan kita bersikap luwes dalam menjalani hidup. Mendengarkan nasihat dan teguran dapat menghindarkan kita dari celaka dan kesukaran (ay. 24-27). Menjalani kehidupan dengan takut akan Tuhan akan menjauhkan kita dari kebinasaan dan malapetaka (ay. 29-33). Dan sesungguhnya, di sinilah sumbernya, karena "takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan" (Ams. 1:7). Dialah yang akan menolong kita memahami segala sesuatu. Bahkan jika kita masih merasa diri bodoh atau kekurangan hikmat, kita didorong untuk memintanya kepada Allah (Yak. 1:5). Dialah yang akan memperlengkapi kita dengan hikmat-Nya yang tiada tara.
-HT/www.renunganharian.net


MARI DATANG PADA ALLAH, SANG SUMBER HIKMAT AGAR KITA MENJADI BIJAK DAN MENJALANI HIDUP DENGAN SELAMAT


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media