MASAKAN KACANG MERAH

Baca: KEJADIAN 25:29-34


Bacaan tahunan: Amsal 16-18

Esau pulang dari berburu di padang. Badannya letih, perutnya lapar. "Biarlah aku makan sedikit dari yang merah-merah itu karena aku lelah," katanya kepada Yakub, adiknya yang sedang memasak (ay. 30). Yakub setuju, tetapi ia meminta diberikan kepadanya hak kesulungan sebagai gantinya. Menarik, Esau bersedia melakukannya. Dengan sumpah ia menyerahkan hak kesulungannya (ay. 33). Ia tidak peduli dengan harga yang terlalu tinggi, asalkan pada saat itu juga keinginannya terpenuhi.

Kita mungkin menyebut Esau sebagai orang bodoh. Bisa-bisanya ia membiarkan dirinya diperdaya oleh adiknya. Sebuah kebenaran diungkapkan saat ini ialah bahwa dosa mengambil tempat yang sama dengan masakan kacang merah. Iblis menawarkan kenikmatan sesaat dari tindakan kejahatan yang kemudian harus dibayar dengan kesengsaraan panjang. Sudah banyak kita melihat contohnya dalam kehidupan ini. Sebuah kebohongan selamanya melenyapkan kepercayaan, korupsi berakhir pemecatan, perselingkuhan mendatangkan kehancuran rumah tangga. Tidak sepadan harga dosa dengan pembayaran yang Iblis tuntut dari kita, dan kita mengerti akan hal itu. Kita paham konsekuensi dari melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. Heran, kita kerap bersedia melakukannya. Kita membiarkan diri sendiri diperdaya oleh Iblis. Bukankah kita juga termasuk "orang bodoh"?

Kebodohan tidak seharusnya dibiarkan melekat. Tidak mengapa jika sebelumnya kita bodoh, tetapi selanjutnya, bertindaklah bijaksana. Jangan lagi terpikat dengan "aroma masakan kacang merah"! Jangan lagi tergiur dengan kenikmatan sesaat dari berbuat dosa. Setiap kali Iblis menggoda, ingatlah betapa panjang kesengsaraan nanti kita alami, dan ujungnya adalah kematian kekal (lih. Rm. 6:23a).
-LIN/www.renunganharian.net


DOSA SELALU MEMBERIKAN KEPADA MANUSIA KESENGSARAAN YANG LEBIH BESAR DARIPADA KENIKMATANNYA


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media