YANG PALING BENAR

Baca: ROMA 2:1-16


Bacaan tahunan: 1 Raja-raja 12-14

Perbedaan kecil cukup untuk memantik perselisihan, terlebih yang besar! Hal ini terjadi pula pada jemaat Yahudi dan Yunani di Roma. Sekalipun jumlah mereka sedikit, orang Yahudi merasa menjadi bangsa pilihan dan keturunan Abraham sehingga mereka sombong. Sementara orang Yunani, sekalipun bukan umat pilihan Allah, mereka banyak jumlahnya sehingga merasa menang. Mereka pun saling menyerang karena merasa diri paling benar.

Di tengah perdebatan mereka, Paulus menyampaikan bahwa tidak akan ada yang luput dari penghakiman Tuhan. Orang akan dihakimi menurut ukuran yang mereka buat sendiri, dengan atau tanpa hukum Taurat. Tuhan tidak memandang muka, tidak pilih kasih. Tidak ada yang diistimewakan, sebab Dia adalah Allah yang adil.

Merasa diri paling benar bisa saja menjadi virus yang menjangkiti orang percaya. Menganggap pemahaman kita tentang kekristenan sebagai yang paling benar, lantas berani menghakimi orang lain karena menganggap mereka salah. Sebelum hal ini terjadi, baiklah kita sadari bahwa agama dan Taurat tidak dapat melindungi orang dari murka Allah. Hal yang paling benar untuk dilakukan adalah hidup dalam pertobatan, bukan berlagak membela agama dengan menghakimi sesama.

Bukankah karya penebusan dosa oleh Tuhan semestinya mendorong kita menyatakan kehidupan dalam keselamatan? Maka yang paling benar untuk kita lakukan adalah menjaga kekudusan hidup dan memiliki belas kasih seperti Yesus. Bukan malah sebaliknya, menodainya dengan kesombongan rohani dan gemar menghakimi sesama.
-EBL/www.renunganharian.net


KESELAMATAN TIDAK DIPEROLEH MELALUI PERBUATAN, TETAPI PERBUATAN MEMBUKTIKAN KESELAMATAN


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media