Alkitab, Renungan Harian, Ayat Emas, Pujian...
Baca: Kisah Para Rasul 22:1-22
Bacaan tahunan: Mazmur 36-39
Kata "kesaksian" tentu tidak asing lagi bagi telinga kita. Tidak jarang dalam kebaktian, jemaat diberi kesempatan untuk bersaksi tentang pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Ya, kesaksian adalah pernyataan yang disampaikan seseorang tentang peristiwa yang ia saksikan atau yang ia alami.
Rasul Paulus menceritakan kesaksiannya secara benar, apa adanya, dan jujur. Ia bersaksi bahwa ia mengabdikan diri sepenuhnya bagi hukum Allah. Ia bekerja bagi Allah seperti para pendengarnya yang giat memelihara hukum Allah. Ia juga berusaha menangkap dan memenjarakan dan menganiaya para pengikut Kristus sampai mereka mati. Namun, dalam perjalanannya menuju Damsyik, Tuhan mengalangi rencana busuknya. Pertemuan itulah yang mengubah dirinya dan menjadikannya percaya kepada Yesus. Ia menyaksikan pengalaman pertobatannya dengan benar dan jujur, sekalipun berisiko membuat pendengarnya marah.
Integritas seseorang diuji dari kejujuran perkataannya, khususnya ketika ia bersaksi tentang pengalaman hidupnya di depan banyak orang. Apakah ia menyampaikan kesaksiannya secara benar? Firman Tuhan mengingatkan supaya perkataan kita adalah perkataan yang jujur. Jika ya, hendaklah kita katakan: ya, jika tidak, hendaklah kita katakan: tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (Mat. 5:37). Sebab itu, jika kita bersaksi, kita harus menyampaikan secara jujur tepat seperti yang kita alami. Dan kesaksian kita hendaknya bertujuan untuk memuliakan Kristus, bukan memuliakan diri sendiri. --Samuel Yudi Susanto/Renungan Harian
SETIAP PERKATAAN DALAM KESAKSIAN KITA HARUS TEPAT DAN SESUAI DENGAN YANG KITA ALAMI.
Please sign-in/login using: