STATUS SEORANG ANAK

Baca: Lukas 15:11-32


Bacaan tahunan: Bilangan 8-9

Setiap kita menyandang status seorang anak. Bahkan setelah kita menikah dan menjadi tua, kita tetaplah anak dari orang tua kita. Pertanyaannya: Sebagai seorang anak, mengertikah kita akan posisi kita di hadapan bapak?

Perikop hari ini menggambarkan dua anak yang keliru memosisikan dirinya! Si bungsu memosisikan diri sebagai salah seorang pewaris harta kekayaan ayahnya (ay. 12). Pada hari ia meminta haknya, ia menganggap kalau statusnya sebagai anak sudah berakhir. Karena itu setelah ia menghabiskan harta bagiannya, ia tidak lagi mengganggap dirinya sebagai anak bapanya (ay. 18-19). Berbeda dengan adiknya, si sulung memosisikan diri sebagai hamba ayahnya. Setiap hari, ia berfokus kepada upah. Karena itulah ketika ia menganggap dirinya sudah bekerja keras dan lalu tidak mendapat upah, ia menjadi kecewa dan marah (ay. 29-30). Bagaimana dengan bapa? Rupanya, fokus bapa tertuju kepada pribadi anak-anaknya. Bapa rindu anak-anaknya ada bersama-sama dengannya. Ketika si bungsu pergi, setiap hari bapa menantikannya pulang kembali. Dan ketika anak itu kembali, walaupun ia masih jauh, bapa telah melihatnya! (ay. 20)

Banyak orang belum memosisikan diri dengan benar sebagai anak-anak Allah! Seperti si bungsu, mereka fokus pada berkat. Atau seperti si sulung, mereka mengharapkan upah pelayanan. Jika kita pun berpikir demikian, mari mencoba memahami kerinduan hati Bapa. Dibanding berkat ataupun upah, kasih Bapa sungguh tak terkira! --LIN/www.renunganharian.net


KERINDUAN HATI BAPA ADALAH KITA SELALU MEMANDANG WAJAH-NYA DAN BUKAN TERUS MEMPERHATIKAN APA YANG ADA DI TANGAN-NYA.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media