MEMIMPIN TANPA ANCAMAN

Baca: Efesus 6:5-9


Bacaan tahunan: 2 Timotius 1-4

Suatu ketika, puluhan karyawan rumah sakit diminta menghadap ke ruangan direktur utama, karena mereka kedapatan merokok di lingkungan rumah sakit. Menariknya, sang direktur tidak memarahi atau mengancam akan memecat mereka. Sebaliknya, dibuatlah kesepakatan bahwa jika pelanggaran ini diulang, maka keluarga mereka akan dipanggil untuk berbincang bersama. Jika masih tidak berubah, barulah ada tindakan lebih tegas lagi dari manajemen. Pendekatan yang halus tetapi tegas itu berdampak positif. Jumlah karyawan yang merokok menurun drastis!

Alkitab menaruh perhatian serius terhadap hubungan antara tuan dan hamba. Para hamba tak hanya diminta untuk menaati tuan (majikan) mereka, tetapi para tuan juga dilarang semena-mena kepada para hamba atau anak buah mereka. Salah satu penekanan yang diberikan oleh firman Tuhan bagi para pemimpin adalah menjauhkan ancaman dalam gaya kepemimpinan mereka. Mengapa? Karena biasanya ancaman tidak menghasilkan ketaatan, pertobatan, perubahan hidup, atau produktivitas kerja yang meningkat, tetapi hanya pura-pura taat, pura-pura berubah, tetapi memendam sakit hati dan ingin membalas perlakuan sang pemimpin.

Dalam relasi kerja, organisasi, maupun dalam keluarga, ketegasan memang diperlukan ketika ada pelanggaran peraturan. Namun, jangan pernah memilih gaya "main ancam" karena Tuhan tidak menyukai hal itu. Yakinlah masih ada cara lain yang dapat kita pakai untuk menegakkan peraturan, tanpa harus membuat orang lain merasa terancam. Selamat mencoba! --GHJ/www.renunganharian.net


ANCAMAN TAKKAN PERNAH MENGHASILKAN PERUBAHAN YANG SEJATI DAN TIDAK BERTAHAN DALAM JANGKA PANJANG.


Recent Comments

Navigation

Change Language

Social Media